TUGAS MERESUM
“MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL BAGI ANAK”
UNTUK MEMENUHI TUGAS TEORI PEMBELAJARAN
Dosen : Wahidin , M.Ag
Disusun oleh:
MUNJIATUN
111 11 192
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga
2013
Bab 1 ISI
Memahami potensi anak
A. Hakikat
Diciptakannya Manusia
Manusia diciptakan oleh Tuhan untuk hidup
dan mendiami sebuah planet yang bernama bumi ini, sudah tentu ada maksud dan
tujuannya. Tidak diciptakan begitu saja, kemudian menjalani kehidupan di bumi
ini, setelah itu mati dan selesai. Bila memang hanya hidup, setelah itu mati
dan selesai, tentu manusia tidak berbeda dengan makhluk lain sebagaimana hewan,
misalnya.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan bentuk
yang sempurna bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia juga dibekali
akal agar dapat menjalani kehidupan dan mengelola bumi dengan lebih baik. Bekal
inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain.
Bila ditinjau dari ajaran islam, ada dua
tujuan diciptakannya manusia yaitu sebagai abdi dan khalifah. Sebagai abdi,
manusia berkwajiban untuk patuh dan taat kepada Tuhan yang menciptakannya,
sebagai khalifah, manusia berperan sebagai wakil Tuhan untuk bisa mengelola
kehidupan di bumi ini dengan baik dan mengembangkan potensi kecerdasanyang
telah diberikan Tuhan agar dapat dikembangkan dengan baik juga.
Kita sangat menyesalkan atas pengembangan
potensi manusia yang tidak digunakan dalam kerangka kebaikan. Kita sungguh
prihatin atas pengembangan potensi manusia yang digunakan semaunya untuk
memenuhi segala hasrat yang bernama keserakahan. Alih –alih sebagai wakil Tuhan
yang bertugas mengelola kehidupan di bumi sehingga berkembang penuh kebaikan
dan kedamaian, justru manusia malah merusak kehidupan dan generasinya sendiri.
Mengembangkan kesadaran tersebut bisa kita
mulai dari bagaimana cara kita membimbing dan mendidik anak-anak kita. Potensi
yang diberikan Tuhan itu tidak bisa kita biarkan begitu saja agar sang anak
berkembang dengan sendirinya. Atau kita biarkan saja potensi yang dahsyat itu
sehingga tidak berkembang dan akhirnya malah berakibat menjadi tidak berguna
bagi kehidupan anak kita.
Oleh karena itu, peran orang tua memang
tidak bisa dipandang ringan atau kecil dalam memberikan asuhan dan pendidikan
bagi anak-anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bukan hanya
dipercayakan kepada sekolah yang favorit dan terbaik, melainkan di rumah pun
perlu asuhan dan pendidikan yang baik. Dengan demikian, hakikat diciptakannya
manusia oleh Tuhan di muka bumi ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga
dapat mengelola kehidupan ini dengan prestasi yang baik menuju kemakmuran dan
kebahagiaan yang sesungguhnya.
B. Teori dalam
Perkembangan Anak
Sebelum memahami potensi anak dan bagaimana
cara mengembangkannya, perlu bagi kita untuk memahami teori dalam perkembangan
anak. Teori yang pertama yang perlu diketahui adalah teori natisvisme. Teori
ini pertama kali digagas dan dikemukakan oleh Schopenhauer. Menurut teori ini,
perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor
keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan.
Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling
memengaruhi dalam perkembangan adalah pembawaan sejak lahir atau ditentukan
oleh bakat. Para ahli mengklaim bahwa unsur yang paling memengaruhi perkembangan
anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan dari orangtuanya. Berbagai
macam keterampilan yang dimiliki manusia dan kemempuan-kemampuan lainnya
bersifat alamiah atau sudah tertanam pada otak sejak manusia lahir ke bumi ini.
Meskipun lingkungan sekitar dan pendidikan
dinilai tidak berdaya dalam memengaruhi perkembangan anak, bukan berarti sang
anak dibiarkan berkembang begitu saja. Tetapi orang tua atau lingkungan yang
ingin membimbing anak-anaknya hendaknya menemukan bakat asli yang dimiliki anak
tersebut, kemudian membantu
mengembangkannya. Bukan ana “dipaksa” untuk mengikuti pendidikan yang harus
sesuai dengan kehendak dan harapan orangtua.
Teori yang selanjutnya adalah teori
empirisme pertama kali dikemukakan oleh John Locke, teori ini bertentengan
dengan teori nativisme. Teori empirisme
ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu dalam
kehidupannya. Faktor lingkungan, ynag lebih khusus lagi dunia pendidikan
mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan dan mewarnai perkembangan
seseorang.
Menurut pandangan teori empirisme, orang
tua mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak anaknya, apakah anaknya
akan diarahkakan untuk menjadi dokter yang ahli dalam pengobatan atau
arsitektur yangahli dalam merancang bangunan.
Teori yang terakhir yaitu teori
konvergensi, yang pertama kali dikemukakan oleh William Stern. Menurut Stern,
baik pembawaan maupun lingkungan mempunyai peran yang penting dalam
perkembangan seorang anak manusia. Seorang anak menusia yang dilahirkan ke
dunia ini sudah dibekali dengan pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat
penting dalam proses perkembangan berikutnya. Begitu juga lingkungan dimana
anak dibesarkan juga turut memberikan andil dan pengaruh dalam perkembangan
anak.
Teori yang dikemukakan oleh William Stern
ini tampaknya banyak diikuti dalam dunia pendidikan. Faktor lingkungan maupun
pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak manusia,
tetapi anak bukanlah individu tanpa pembawaan atau tidak mempunyai potensi sama
sekali. Salah satu bekal yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia adalah
kecerdasan.
C. Memahami
Fitrah dalam Diri Manusia
Ada yang memahami bahwa fitrah itu sebagai
bersih atau suci. Jadi, setiap anak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci.
Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, khususnya orangtua, sangat besar dalam
menentukan dan mewarnai perkembangan sang anak.
Berkaitan dengan potensi yang diberikan
Tuhan kepada manusia ini, Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsirnya
menyampaikan bahwa Allah Swt. memberikan lima macam hidayah kepada manusia
sebagai bekal hidup. Bekal yang pertama adalah insting (gharizah). Insting
adalah kemampuan untuk bisa melakukan sesuatu tanpa harus dipelajari, tetapi
bisa dengan sendirinya. Insting ini menjadi daya dorong utama pada manusia
untuk kelangsungan hidupnya.
Bekal yang kedua yaitu indra. Dengan bekal
indra manusia bisa merasakan dan melakukan banyak hal. Tanpa indra akan terasa
gelap gulita, sepi, dan terasa hampa dalam kehidupan di dunia ini.
Bekal yang ketiga adalah akal. Inilah bekal
yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya ynag bernama hewan. Hewan
juga mempunyai akal tetapi hanya sebagian kecil saja, konon hewan yang
mempunyai akal paling banyak adalah simpanse. Namun, akal yang dimiliki oleh
hewan sangat sedikit bila dibandingkan dengan akal ynag diberikan kepada
manusia.
Bekal selanjutnya yaitu hati. Bekal ini
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bekal ini semacam kompas
yang bisa menunjukkan arah kemana manusia akan menentukan langkahnya.
Bekal yang terkhir yaitu agama. Dengan
agama manusia mempunyai panduan lebih lengkap bagaimana caranya menjalani hidup
ini secara baik dan ke arah mana kehidupan ini akan dinawa. Dengan agamalah
diyakini manusia bisa selamat. Bahkan, tidak hanya di dunia tetapi juga pada
kehidupan setelah kematian, yakni di akhirat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi
orangtuauntuk senatiasa mempunyai kepeduliaan terhadap anak-anak tercintanya.
Kepeduliaan tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi menyediakan waktu luang
untuk memberikan asuhan dan kasih sayang. Maka jadilah orangtua yang terbaik,
yakni yang menyadari bahwa anak-anak mempunyai bekal, potensi baik, dan
kemampuan yang perlu dikembangkan dengan asuhan dan pendidikan, tidak hanya di
sekolah formal atau reguler, tetapi juga dalam lingkungan keluarga.
D. Lebih
Mengenal Dunia Anak
Agar dapat mengoptimalkan perkembangan
kecerdasan anak, selain memahami bahwa anak merupakan individa yang unik, ada
beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dalam upaya memahami
dan lebih mengenal dunia anak, yaitu sebagai berikut.
1. Bukan orang
Dewasa
Anak tetap anak-anak, bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak- anak
banyak memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan orang dewasa. Mmereka
juga memiliki dinia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kaca mata anak-anak.
Oleh sebab itu, dalam menghadapi mereka memang dibutuhkan kesabaran, pengertian
dan toleransi.
Tidak jarang orangtua memaksakan
kehendak bahwa anak-anaknya harus menuruti apa yang dipikirkan oleh
orangtuanya. Ini berarti orangtua berpandangan—meski sering tidak
disadarinya—bahwa anaknya adalah orang dewasa yang bertubuh kecil. Padahal
anak-anak mempunyai cara pandang, cara berfikir, dan bahkan mempunyai imajinasi
tersendiri dalam memandang sebuah masalah.
Banyak keterbatasan yang dimiliki oleh anak jelas mesih membutuhkan
bantuan dan bimbingan dari orangtuanya.
2. Dunia
Bermain
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat
apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Ketika orangtua ingin
mengembangkan kecerdasan yang ada pada anak-anaknya, harus diingat bahwa
anak-anak menyukai hal yang menyenangkan tidak boleh diabaikan. Bimbingan dan
pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya selaras dengan hal yang menarik
perhatian dan menyenangkan.
3. Berkembang
Selain tumbuh secara fisik, anak juga berkembang secara psikologis. Ada
fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilak
sesuai dengan ciri masing-masing fase perkembangan ditandai dengan perilaku
yang khas dan unik.
Di sinilah pentingnya bagi orangtua untuk memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anaknya. Sungguh anak-anak juga perlu diperhatikan, diajak
bicara, didengar ceritanya, ditanyai apa yang menjadi kainginan dan harapannya
sehingga orangtua bisa mendampingi sekaligus memberi bimbingan terhadap
anak-anaknya yang sedang mengalami tumbuh dan berkembang.
4. Senang
Meniru
Setiap anak pada dasarnya senang meniru. Hal ini terjadi karena salah
satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan cara meniru.
Menghadapi kenyataan itu orangtua dan guru dituntut untuk bisa memberikan
contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik.
5. Kreatif
Anak-anak dasarnya juga kreatif. Diantara penyebab kenapa setiap anak
bisa kreatif karena mereka mempunyai banyak rasa ingin tahu dan berimajinasi
tinggi.
Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran dari orangtua. Diperlikan juga
sikap rendah hati dan tetap bisa menghargai cerita dan ide dari anak-anak yang
tidak jarang dinilai aneh oleh orang dewasa. Orangtua juga semestinya lebih
kreatif dan bisa luwes dalam menghadapi anak-anaknya. Hal ini disebabkan
anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis
serta akan tumbuh dan berkembang lebih optimal.
E. Kecerdasan
yang Penting Dikembangkan
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai
banyak kecerdasan. Inilah yang
membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya yakni mempunyai kecerdasan.
Manusia secara umum mempunyai tiga macam kecerdasan. Kecerdasan yang pertama
adalah kecerdasan abstrak. Kecerdasan abstrak adalah kecerdasan yang berkaitan
dengan kemampuan memahami simbol matematis dan bahasa. Kecerdasan yang kedua
adalah kecerdasan konkret. Kecerdasan ini adalah kemampuan seseorang dalam
memahami objek yang nyata. Sementara yang ketiga adalah kecerdasan sosial.
Yakni kemampuan seseorang dalam memahami dan mengelola sebuah hubungan sosial.
Kecerdasan sosial ini menjadi akar istilah sebuah kecerdasan yang bernama
kecerdasan emosional.
Menurut Howard Gardner kecerdasan dibagi
menjadi beberapa macam, diantaranya kederdasan intelektual atau Intelligence
Quotient (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Bab II
Mengembangkan Kecerdasan Sosial
A. Pentingnya
Mengembangkan Kecerdasan Sosial
Dalam sebuah penelitian, kita sering
menyeksikan dalam lingkungan tempat tinggal kita. Tidak jarang seseorang yang
kita pandang mempunyai kecerdasan lebih di kampusnya, ketika diminta
pendapatnya dalam sebuah musyawarah mengenai suatu masalah yang terjadi, tampak
dia kesulitan dalam menyampaikan pandapatnya secara runtut dan baik. Hal ini
terjadi bukan karena orang tersebut tidak mempunyai kecerdasan intelektual yang
baik, malainkan kecerdasan sosialnya kirang dikembangkan dengan baik sehingga
ia mengalami kegagapan ketika dihadapkan dengan masalah yang sebenarnya dalam
lingkingan sosial.
Di sinilah sesungguhnya pentingnya
mengembangkan kecerdasan sosial pada anak-anak. Sangat dibenrkan apabila
orangtua memacu anak-anaknya agar mempunyai kecerdasan intelektual yang baik.
Namun, jangan sampai mengembangkan kecerdasan intelektual itu hingga melupakan
untuk mengembangkan kecerdasan sosial.
Orangtua tidak salah apabila memberikan les
pelajaran ini dan itu sebagai tambahan di luar sekolah bagi anak-anaknya agar
kecerdasan intelektualnya terpacu dengan baik. Namun, orangtua juga harus
menyediakan ruang dan waktu bagi anak-anaknya agar kecerdasan sosialnya dapat
pula berkembang dengan baik.
B. Keterampilan
Dasar dalam Kecerdasan Sosial
Daniel Goldman, dalam bukunya yang berjudul
Emotional Intelligance, menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang
mesti dikembangkan dalam kecerdasan sosial. Empat dasar tersebut yaitu sebagai
berikut..
1. Mengorganisasi
Kelompok
Setiap pribadi manusia adalah pemimpin. Bahkan, dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dinyatakan bahwa anak-anak pun
dianggap sebagai pemimpin yang sudah mempunyai tanggung jawab atas penggunaan
harta ayahnya. Contoh sederhana, misalnya anak yang diberi uang saku oleh
orangtuanya harus belajar untuk bertanggung jawab dalam mengelola uang sakunya.
Apakah akan dibuat jajan semuanya, atau sebagian ditabung, diberikan kepada
teman yang sedang membutuhkan atau untuk membeli buku bacaan tambahan selain
buku wajib disekolah.
Di sinilah sesungguhnya penting bagi kita selaku
orangtua untuk mengembangkan keterampilan dasar dalam kecerdasan sosial bagi
anak-anak kita. Sebagai seorang pemimpin, sudah barang tentu dibutuhkan
kemampuan dalam mengorganisasi, minimal dalam sebuah kelompok kecil di
lingkungan sosialnya, atau paling tidak dalam lingkungan keluarganya.
Melatih anak-anak dalam keterampilan mengorganisasi
kelompok bisa dilakukan dalam bentuk permainan tertentu dengan teman-temannya.
Orangtua dapat membuat permainan atau kegiatan yang lainnya. Hal yang dilakukan
orangtua hanyalah menemani mereka. Meskipun hanya menemani, tidak ada salahnya
juga bila bagian-bagian tertentu orangtua memberikan ide dan saran. Namun, hal
yang harus dihindari oleh orangtua mendominasi kegiatan tersebut. Ini sangat
penting agar anak-anak mempunyai kemandirian dan bisa mengorganisasi
kelompoknya dengan baik.
2. Merundingkan Pemecahan Masalah
Kemampuan untuk bisa merundingkan pemecahan masalah
dengan baik ini memang tidak muncul begitu saja dari pribadi seseorang.
Kemampuan itu adalah hasil dari latihan yang panjang—meskipun tidak
disadarinya—dalam kehidupan seseorang. Namun, sebagai orangtua yang
menginginkan agar anak-anak mempunyai kecerdasan sosial dengan baik, kita bisa
melatih dan mengembangkan kemampuan ini.
Kita mengembangkan kecerdasan sosial anak dengan
meminta pendapat kepadanya dengan tentang apa yang ingin dilakukan dan
dikatakan anak kita seandainya diminta menyelesaikan masalah dua kelompok yang
sedang berkelahi.
3. Menjalin
Hubungan
Agar anak-anak kita mempunyai kecerdasan sosial yang
baik, sejak kecil kita semestinya sudah meneladankan dan mengajak kepada
anak-anak kita untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain. Kita tanamkan
kepada anak-anak kita akan pentingnya sebuah hubungan yang sehat dengan orang
lain. Yakni, menjalin hubungan tidak
hanya ketika kita butuh saja, sedangkan kita tidak butuh, lantas kita
cuek kepada orang lain. Inilah kecenderungan sebuah hubungan yang dijalin oleh
seorang modern yang serba sibuk dan banyak urusan, yakni menjalin hubungan
dengan orang lain ketika sedang butuh dan ada kepentingan saja. Hendaknya tidak
begitu, tapi hubungan sosial hendaknya terus dijalin tanpa melihat kita butuh
atau tidak.
Dalam rangka mengembangkan kecerdasan sosial anak
kita, lebih khusus dalam menalin hubungan silaturahmi, hendaknya kita mempunyai
agenda secara berkala untuk bersilaturahmi atau berkunjung ke rumah saudara
atau kenalan. Dengan demikian anak-anak kita juga belajar bagaimana membangun
suasana keakraban dalam sebuah hubungan sosial.
4. Menganalisis
Sosial
Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati
orang lain inilah yang disebut sebagai kemamapuan dalam menganalisis sosial. Pemahaman
akan bagaimana perasaan orang lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan
akrab dan menyenangkan. Seseorang bisa membawa hubungannya dengan orang lain
dalam suasana baik. Sungguh, memahami perasaan orang lainini sangat penting.
C. Mengembnagkan
Lima kemampuan penting
Ada lima kemampuan yang penting
dikembangkan pada anak-anak agar mempunyai kecerdasan sosial yang baik,
diantaranya yaitu
1. Kesadaran situasional
2. Kemampuan membawa diri
3. Autentis
4. Kejelasan
5. Empati
D. Melatih
Keterampilan Sosial Anak
1. Keterampilan
berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bukan sekedar kemampuan berbicara,
melainkan mampu menyampaikan dengan baik kepada orang lain sekaligus
juga mampu memahami dan mampu memberikan respons atas komunikasi yang dijalin
dengan orang lain.
2. Keterampilan
membuat humor
Jalinan hubungan akan terasa hampa tanpa humor. Dengan adanya humor
orang bisa tertawa , atau tidak harus membuat tertawa tetapi cukup membuat
tersenyum sehingga melekatkan hubungan rasa ringan di hati. Orang termasuk
mempunyai tingkat tinggi apabila seseorang mampu menertawakan diri sendiri.
3. Keterampilan
menjalin persahabatan
Dalam menjalin sebuah persahatan, yankni persahabatan yang baik bukan
bersahabat dengan satu orang sajadan mengabaikan atau tidak mau menjalin
persahabatan dengan teman lain. Namun, persahabatan yang baik bisa dijalin
dengan banyak teman sehingga pergaulan pun akan semakin luas.
4. Keterampilan
Berperan dalam Kelompok
5. Keterampilan
Bersopan Santun dalam Pergaulan
E. Kesadaran
Sosial dan Fasilitas Sosial
Yang termasuk dalam kategori kesadaran sosial
yaitu
1. Empati Dasar
2. Penyelarasan
3. Ketetapan Empatik
4. Pengertian Sosial
Sedangkan yang termasuk dalam kategori fasilitas sosial yaitu
1. Sinkronisasi
2. Presentasi Diri
3. Pengaruh
4. Kepedulian
Bab III
Manfaat Kecerdasan Sosial dan Peran
Keluarga
A. Manfaat Kecerdasan
Sosial bagi Kehidupan
Beberapa contoh manfaat mengembangkan
kecerdasan sosial bagi kehidupan, diantaranya sebagai berikut.
1. Menyehatkan
jiwa dan Raga
Pola hubungan sosial seseorang dipercaya mempunyai hubungan yang sangat
erat kaitannya dengan kesehatan. Hal ini bisa kita ketahui dari banyak
kenyataan bahwa orang-orang yang mempunyai jalinan hubungan yang baik dengan
orang lain biasanya mampu menjalani hari-hari dengan baik, menyenangkan,
ketika ada masalah akan ada orang
lain yang diajak diskusi dan mencari jalan keluar. Semua itu akan berakibat
baik bagi jiwanya, sementara kita mengetahui bahwa keadaan jiwa seseorang
sangat erat dengan kesehatan badanya.
2. Membuat
Suasana Nyaman
3. Meredakan
Perkelahian
4. Membangkitkan
Semangat
B. Ibu Sebagai
sekolah Pertama bagi Anak
Kedekatan seorang ibu dengan anaknya sudah
dimulai semenjak seorang ibu mengandung anaknya. Selama dalam kandungan seorang anak mempunyai
hubungan fisiologis maupun psikologis yang tak terpisahkan dengan ibunya. Di sinilah
sesungguhnya seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting bagi pendidikan
anaknya.
Tidak jarang orangtua yang mempunyai
pehaman bahwa apabila anak-anaknya sudah disekolahkan di sekolah formal, maka
tanggung jawab pendiddikan bagi orangtuanya telah selesai. Artinya orangtua
seakan hanya berkwajiban mencari nafkah memenuhi kebutuhan sekolah anaknya.
Pemahaman seperti itu hendaknya perlu dikaji kembali. Setiap orangtua
sesungguhnya tidak bisa melepaskan tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya.
C. Mengembangkan
kecerdasan sosial Dimulai dari Keluarga
Keluarga merupakan bagian yang paling
penting dari “jaringan sosial” kehidupan seorang anak manusia. Sebab, anggota
keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang yang paling penting
selama tahun-tahun formatif awal kehidupan mereka. Hubungan dengan anggota
keluarga menjadi landasan sikapnya bagi pola penyesuaian dan belajar berfikir
tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarganya. Di sinilah
sesungguhnya terjadi proses pendidikan, belajar-mengajar, dan pengasuhan yang
bisa membentuk karakter dan mengembangkan kecerdasan sang anak.
Agar proses pendidikan dan belajar-mengajar
berjalan dengan baik, maka keluarga harus dibangun secara kondusif, sebagai
berikut.
1. Memberikan rasa aman
2. Memberikan kasih sayang dan penerimaan
3. Menjadi andalan dan jujukan
4. Model dan Bimbingan Hidup Bermasyarakat
5. Motivator Utama dalam meraih Keberhasilan
6. Sumber Persahabatan
D. Mengembangkan
Kecerdasan Secara Menyenangkan
Di sinilah tantangan bagi setiap orangtua
untuk bisa mengembangkan kecerdasan bagi anak sebagai aktivitas yang
menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak.
Orangtua dituntut untuk mempunyai strategi
dan kreativitas yang menarik sehingga anak mengikuti proses dalam mengembangkan
kecerdasan ini dengan hati yang senang. Bila anak mengikuti kesehariannya
dengan hati yang senang, maka diyakini kecerdasannya akan berkembang dengan
baik.
Agar kita dapat mengembangkan kecerdasan
anak dengan cara yang menyenagkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Tidak
monoton
Suasana yang monoton akan membawa pada kebosanan jiwa. Apabila kebosanan
telah mengemuka, maka orangtua akan sulit untuk mengembangkan kecerdasan bagi
anaknya. Membawa suasana agar tidak monoton, tak pelak membutuhkan kreativitas
tersendiri dari orangtua.
2. Cara
berkomunikasi
Kunci sukses dalam menjalin komunikasi yang menyenangkan ini adalah
bagaimana orangtua bisa mempunyai empati kepada anaknya. Meskipun pada anaknya
sendiri, tidak jarang orangtua yang tidak bisa membangun empati. Apabila
orangtua tidak bisa membangun empati dengan baik dengan anaknya, maka sebaik
apa pun niat orangtua dalam membangun komunikasi dengan anaknya biasanya akan
mengalami kegagalan. Disebabkan tanpa adanya empati, sang anak akan merasakan
adanya sebuah jarak dengan oarangtua. Padahal kehangatan dan kedekatan hubungan
orangrua dan anak adalah syarat mutlak yang harus ada bila orangtuaingin
berhasil dalam mengembangkan kecerdasan anaknya.
3. Memberikan
penghargaan
Penghargaan yang diberikan orangtua kepada anaknya ini bisa memotivasi
sang anak untuk semakin berprestasi.
4. Jangan ada
Ancaman
5. Ada waktu
berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar