Jumat, 02 Agustus 2013

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL BAGI ANAK




TUGAS MERESUM
“MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL BAGI ANAK”
UNTUK MEMENUHI TUGAS TEORI PEMBELAJARAN
Dosen : Wahidin , M.Ag



Disusun oleh:
MUNJIATUN
111 11 192
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga
2013





Bab 1 ISI
Memahami potensi anak
A.   Hakikat Diciptakannya Manusia
Manusia diciptakan oleh Tuhan untuk hidup dan mendiami sebuah planet yang bernama bumi ini, sudah tentu ada maksud dan tujuannya. Tidak diciptakan begitu saja, kemudian menjalani kehidupan di bumi ini, setelah itu mati dan selesai. Bila memang hanya hidup, setelah itu mati dan selesai, tentu manusia tidak berbeda dengan makhluk lain sebagaimana hewan, misalnya.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan bentuk yang sempurna bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia juga dibekali akal agar dapat menjalani kehidupan dan mengelola bumi dengan lebih baik. Bekal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain.
Bila ditinjau dari ajaran islam, ada dua tujuan diciptakannya manusia yaitu sebagai abdi dan khalifah. Sebagai abdi, manusia berkwajiban untuk patuh dan taat kepada Tuhan yang menciptakannya, sebagai khalifah, manusia berperan sebagai wakil Tuhan untuk bisa mengelola kehidupan di bumi ini dengan baik dan mengembangkan potensi kecerdasanyang telah diberikan Tuhan agar dapat dikembangkan dengan baik juga.
Kita sangat menyesalkan atas pengembangan potensi manusia yang tidak digunakan dalam kerangka kebaikan. Kita sungguh prihatin atas pengembangan potensi manusia yang digunakan semaunya untuk memenuhi segala hasrat yang bernama keserakahan. Alih –alih sebagai wakil Tuhan yang bertugas mengelola kehidupan di bumi sehingga berkembang penuh kebaikan dan kedamaian, justru manusia malah merusak kehidupan dan generasinya sendiri.
Mengembangkan kesadaran tersebut bisa kita mulai dari bagaimana cara kita membimbing dan mendidik anak-anak kita. Potensi yang diberikan Tuhan itu tidak bisa kita biarkan begitu saja agar sang anak berkembang dengan sendirinya. Atau kita biarkan saja potensi yang dahsyat itu sehingga tidak berkembang dan akhirnya malah berakibat menjadi tidak berguna bagi kehidupan anak kita.
Oleh karena itu, peran orang tua memang tidak bisa dipandang ringan atau kecil dalam memberikan asuhan dan pendidikan bagi anak-anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bukan hanya dipercayakan kepada sekolah yang favorit dan terbaik, melainkan di rumah pun perlu asuhan dan pendidikan yang baik. Dengan demikian, hakikat diciptakannya manusia oleh Tuhan di muka bumi ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat mengelola kehidupan ini dengan prestasi yang baik menuju kemakmuran dan kebahagiaan yang sesungguhnya.




B.   Teori dalam Perkembangan Anak
Sebelum memahami potensi anak dan bagaimana cara mengembangkannya, perlu bagi kita untuk memahami teori dalam perkembangan anak. Teori yang pertama yang perlu diketahui adalah teori natisvisme. Teori ini pertama kali digagas dan dikemukakan oleh Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan.
Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling memengaruhi dalam perkembangan adalah pembawaan sejak lahir atau ditentukan oleh bakat. Para ahli mengklaim bahwa unsur yang paling memengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan dari orangtuanya. Berbagai macam keterampilan yang dimiliki manusia dan kemempuan-kemampuan lainnya bersifat alamiah atau sudah tertanam pada otak sejak manusia lahir ke bumi ini.
 Meskipun lingkungan sekitar dan pendidikan dinilai tidak berdaya dalam memengaruhi perkembangan anak, bukan berarti sang anak dibiarkan berkembang begitu saja. Tetapi orang tua atau lingkungan yang ingin membimbing anak-anaknya hendaknya menemukan bakat asli yang dimiliki anak tersebut,  kemudian membantu mengembangkannya. Bukan ana “dipaksa” untuk mengikuti pendidikan yang harus sesuai dengan kehendak dan harapan orangtua.
Teori yang selanjutnya adalah teori empirisme pertama kali dikemukakan oleh John Locke, teori ini bertentengan dengan teori  nativisme. Teori empirisme ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu dalam kehidupannya. Faktor lingkungan, ynag lebih khusus lagi dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan dan mewarnai perkembangan seseorang.
Menurut pandangan teori empirisme, orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak anaknya, apakah anaknya akan diarahkakan untuk menjadi dokter yang ahli dalam pengobatan atau arsitektur yangahli dalam merancang bangunan.
Teori yang terakhir yaitu teori konvergensi, yang pertama kali dikemukakan oleh William Stern. Menurut Stern, baik pembawaan maupun lingkungan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan seorang anak manusia. Seorang anak menusia yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses perkembangan berikutnya. Begitu juga lingkungan dimana anak dibesarkan juga turut memberikan andil dan pengaruh dalam perkembangan anak.
Teori yang dikemukakan oleh William Stern ini tampaknya banyak diikuti dalam dunia pendidikan. Faktor lingkungan maupun pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak manusia, tetapi anak bukanlah individu tanpa pembawaan atau tidak mempunyai potensi sama sekali. Salah satu bekal yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia adalah kecerdasan.
C.   Memahami Fitrah dalam Diri Manusia
Ada yang memahami bahwa fitrah itu sebagai bersih atau suci. Jadi, setiap anak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci. Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, khususnya orangtua, sangat besar dalam menentukan dan mewarnai perkembangan sang anak.
Berkaitan dengan potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia ini, Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsirnya menyampaikan bahwa Allah Swt. memberikan lima macam hidayah kepada manusia sebagai bekal hidup. Bekal yang pertama adalah insting (gharizah). Insting adalah kemampuan untuk bisa melakukan sesuatu tanpa harus dipelajari, tetapi bisa dengan sendirinya. Insting ini menjadi daya dorong utama pada manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Bekal yang kedua yaitu indra. Dengan bekal indra manusia bisa merasakan dan melakukan banyak hal. Tanpa indra akan terasa gelap gulita, sepi, dan terasa hampa dalam kehidupan di dunia ini.
Bekal yang ketiga adalah akal. Inilah bekal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya ynag bernama hewan. Hewan juga mempunyai akal tetapi hanya sebagian kecil saja, konon hewan yang mempunyai akal paling banyak adalah simpanse. Namun, akal yang dimiliki oleh hewan sangat sedikit bila dibandingkan dengan akal ynag diberikan kepada manusia.
Bekal selanjutnya yaitu hati. Bekal ini dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bekal ini semacam kompas yang bisa menunjukkan arah kemana manusia akan menentukan langkahnya.
Bekal yang terkhir yaitu agama. Dengan agama manusia mempunyai panduan lebih lengkap bagaimana caranya menjalani hidup ini secara baik dan ke arah mana kehidupan ini akan dinawa. Dengan agamalah diyakini manusia bisa selamat. Bahkan, tidak hanya di dunia tetapi juga pada kehidupan setelah kematian, yakni di akhirat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtuauntuk senatiasa mempunyai kepeduliaan terhadap anak-anak tercintanya. Kepeduliaan tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi menyediakan waktu luang untuk memberikan asuhan dan kasih sayang. Maka jadilah orangtua yang terbaik, yakni yang menyadari bahwa anak-anak mempunyai bekal, potensi baik, dan kemampuan yang perlu dikembangkan dengan asuhan dan pendidikan, tidak hanya di sekolah formal atau reguler, tetapi juga dalam lingkungan keluarga.
D.   Lebih Mengenal Dunia Anak
Agar dapat mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak, selain memahami bahwa anak merupakan individa yang unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dalam upaya memahami dan lebih mengenal dunia anak, yaitu sebagai berikut.



1.      Bukan orang Dewasa
Anak tetap anak-anak, bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak- anak banyak memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan orang dewasa. Mmereka juga memiliki dinia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kaca mata anak-anak. Oleh sebab itu, dalam menghadapi mereka memang dibutuhkan kesabaran, pengertian dan toleransi.
 Tidak jarang orangtua memaksakan kehendak bahwa anak-anaknya harus menuruti apa yang dipikirkan oleh orangtuanya. Ini berarti orangtua berpandangan—meski sering tidak disadarinya—bahwa anaknya adalah orang dewasa yang bertubuh kecil. Padahal anak-anak mempunyai cara pandang, cara berfikir, dan bahkan mempunyai imajinasi tersendiri dalam memandang sebuah masalah.  Banyak keterbatasan yang dimiliki oleh anak jelas mesih membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orangtuanya.
2.      Dunia Bermain
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Ketika orangtua ingin mengembangkan kecerdasan yang ada pada anak-anaknya, harus diingat bahwa anak-anak menyukai hal yang menyenangkan tidak boleh diabaikan. Bimbingan dan pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya selaras dengan hal yang menarik perhatian dan menyenangkan.
3.      Berkembang
Selain tumbuh secara fisik, anak juga berkembang secara psikologis. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilak sesuai dengan ciri masing-masing fase perkembangan ditandai dengan perilaku yang khas dan unik.
Di sinilah pentingnya bagi orangtua untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Sungguh anak-anak juga perlu diperhatikan, diajak bicara, didengar ceritanya, ditanyai apa yang menjadi kainginan dan harapannya sehingga orangtua bisa mendampingi sekaligus memberi bimbingan terhadap anak-anaknya yang sedang mengalami tumbuh dan berkembang.
4.      Senang Meniru
Setiap anak pada dasarnya senang meniru. Hal ini terjadi karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan cara meniru. Menghadapi kenyataan itu orangtua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik.
5.      Kreatif
Anak-anak dasarnya juga kreatif. Diantara penyebab kenapa setiap anak bisa kreatif karena mereka mempunyai banyak rasa ingin tahu dan berimajinasi tinggi. 



Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran dari orangtua. Diperlikan juga sikap rendah hati dan tetap bisa menghargai cerita dan ide dari anak-anak yang tidak jarang dinilai aneh oleh orang dewasa. Orangtua juga semestinya lebih kreatif dan bisa luwes dalam menghadapi anak-anaknya. Hal ini disebabkan anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis serta akan tumbuh dan berkembang lebih optimal.
E.   Kecerdasan yang Penting Dikembangkan
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai banyak kecerdasan.  Inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya yakni mempunyai kecerdasan. Manusia secara umum mempunyai tiga macam kecerdasan. Kecerdasan yang pertama adalah kecerdasan abstrak. Kecerdasan abstrak adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami simbol matematis dan bahasa. Kecerdasan yang kedua adalah kecerdasan konkret. Kecerdasan ini adalah kemampuan seseorang dalam memahami objek yang nyata. Sementara yang ketiga adalah kecerdasan sosial. Yakni kemampuan seseorang dalam memahami dan mengelola sebuah hubungan sosial. Kecerdasan sosial ini menjadi akar istilah sebuah kecerdasan yang bernama kecerdasan emosional.
Menurut Howard Gardner kecerdasan dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya kederdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Bab II
Mengembangkan Kecerdasan Sosial
A.   Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Sosial
Dalam sebuah penelitian, kita sering menyeksikan dalam lingkungan tempat tinggal kita. Tidak jarang seseorang yang kita pandang mempunyai kecerdasan lebih di kampusnya, ketika diminta pendapatnya dalam sebuah musyawarah mengenai suatu masalah yang terjadi, tampak dia kesulitan dalam menyampaikan pandapatnya secara runtut dan baik. Hal ini terjadi bukan karena orang tersebut tidak mempunyai kecerdasan intelektual yang baik, malainkan kecerdasan sosialnya kirang dikembangkan dengan baik sehingga ia mengalami kegagapan ketika dihadapkan dengan masalah yang sebenarnya dalam lingkingan sosial.
Di sinilah sesungguhnya pentingnya mengembangkan kecerdasan sosial pada anak-anak. Sangat dibenrkan apabila orangtua memacu anak-anaknya agar mempunyai kecerdasan intelektual yang baik. Namun, jangan sampai mengembangkan kecerdasan intelektual itu hingga melupakan untuk mengembangkan kecerdasan sosial.



Orangtua tidak salah apabila memberikan les pelajaran ini dan itu sebagai tambahan di luar sekolah bagi anak-anaknya agar kecerdasan intelektualnya terpacu dengan baik. Namun, orangtua juga harus menyediakan ruang dan waktu bagi anak-anaknya agar kecerdasan sosialnya dapat pula berkembang dengan baik.
B.   Keterampilan Dasar dalam Kecerdasan Sosial
Daniel Goldman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligance, menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang mesti dikembangkan dalam kecerdasan sosial. Empat dasar tersebut yaitu sebagai berikut..
1.      Mengorganisasi Kelompok
Setiap pribadi manusia adalah pemimpin. Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dinyatakan bahwa anak-anak pun dianggap sebagai pemimpin yang sudah mempunyai tanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. Contoh sederhana, misalnya anak yang diberi uang saku oleh orangtuanya harus belajar untuk bertanggung jawab dalam mengelola uang sakunya. Apakah akan dibuat jajan semuanya, atau sebagian ditabung, diberikan kepada teman yang sedang membutuhkan atau untuk membeli buku bacaan tambahan selain buku wajib disekolah.
Di sinilah sesungguhnya penting bagi kita selaku orangtua untuk mengembangkan keterampilan dasar dalam kecerdasan sosial bagi anak-anak kita. Sebagai seorang pemimpin, sudah barang tentu dibutuhkan kemampuan dalam mengorganisasi, minimal dalam sebuah kelompok kecil di lingkungan sosialnya, atau paling tidak dalam lingkungan keluarganya.
Melatih anak-anak dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan dalam bentuk permainan tertentu dengan teman-temannya. Orangtua dapat membuat permainan atau kegiatan yang lainnya. Hal yang dilakukan orangtua hanyalah menemani mereka. Meskipun hanya menemani, tidak ada salahnya juga bila bagian-bagian tertentu orangtua memberikan ide dan saran. Namun, hal yang harus dihindari oleh orangtua mendominasi kegiatan tersebut. Ini sangat penting agar anak-anak mempunyai kemandirian dan bisa mengorganisasi kelompoknya dengan baik.
2.       Merundingkan Pemecahan Masalah
Kemampuan untuk bisa merundingkan pemecahan masalah dengan baik ini memang tidak muncul begitu saja dari pribadi seseorang. Kemampuan itu adalah hasil dari latihan yang panjang—meskipun tidak disadarinya—dalam kehidupan seseorang. Namun, sebagai orangtua yang menginginkan agar anak-anak mempunyai kecerdasan sosial dengan baik, kita bisa melatih dan mengembangkan kemampuan ini.




Kita mengembangkan kecerdasan sosial anak dengan meminta pendapat kepadanya dengan tentang apa yang ingin dilakukan dan dikatakan anak kita seandainya diminta menyelesaikan masalah dua kelompok yang sedang berkelahi.
3.      Menjalin Hubungan
Agar anak-anak kita mempunyai kecerdasan sosial yang baik, sejak kecil kita semestinya sudah meneladankan dan mengajak kepada anak-anak kita untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain. Kita tanamkan kepada anak-anak kita akan pentingnya sebuah hubungan yang sehat dengan orang lain. Yakni, menjalin hubungan tidak  hanya ketika kita butuh saja, sedangkan kita tidak butuh, lantas kita cuek kepada orang lain. Inilah kecenderungan sebuah hubungan yang dijalin oleh seorang modern yang serba sibuk dan banyak urusan, yakni menjalin hubungan dengan orang lain ketika sedang butuh dan ada kepentingan saja. Hendaknya tidak begitu, tapi hubungan sosial hendaknya terus dijalin tanpa melihat kita butuh atau tidak.
Dalam rangka mengembangkan kecerdasan sosial anak kita, lebih khusus dalam menalin hubungan silaturahmi, hendaknya kita mempunyai agenda secara berkala untuk bersilaturahmi atau berkunjung ke rumah saudara atau kenalan. Dengan demikian anak-anak kita juga belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan sosial.
4.      Menganalisis Sosial
Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain inilah yang disebut sebagai kemamapuan dalam menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan menyenangkan. Seseorang bisa membawa hubungannya dengan orang lain dalam suasana baik. Sungguh, memahami perasaan orang lainini sangat penting.
C.   Mengembnagkan Lima kemampuan penting
Ada lima kemampuan yang penting dikembangkan pada anak-anak agar mempunyai kecerdasan sosial yang baik, diantaranya yaitu
1.      Kesadaran situasional
2.      Kemampuan membawa diri
3.      Autentis
4.      Kejelasan
5.      Empati
D.   Melatih Keterampilan Sosial Anak
1.      Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bukan sekedar kemampuan berbicara,




melainkan mampu menyampaikan dengan baik kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan mampu memberikan respons atas komunikasi yang dijalin dengan orang lain.
2.      Keterampilan membuat humor
Jalinan hubungan akan terasa hampa tanpa humor. Dengan adanya humor orang bisa tertawa , atau tidak harus membuat tertawa tetapi cukup membuat tersenyum sehingga melekatkan hubungan rasa ringan di hati. Orang termasuk mempunyai tingkat tinggi apabila seseorang mampu menertawakan diri sendiri.
3.      Keterampilan menjalin persahabatan
Dalam menjalin sebuah persahatan, yankni persahabatan yang baik bukan bersahabat dengan satu orang sajadan mengabaikan atau tidak mau menjalin persahabatan dengan teman lain. Namun, persahabatan yang baik bisa dijalin dengan banyak teman sehingga pergaulan pun akan semakin luas.
4.      Keterampilan Berperan dalam Kelompok
5.      Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan
E.   Kesadaran Sosial dan Fasilitas Sosial
Yang termasuk dalam kategori kesadaran sosial yaitu
1.      Empati Dasar
2.      Penyelarasan
3.      Ketetapan Empatik
4.      Pengertian Sosial
Sedangkan yang termasuk dalam kategori fasilitas sosial yaitu
1.      Sinkronisasi
2.      Presentasi Diri
3.      Pengaruh
4.      Kepedulian
Bab III
Manfaat Kecerdasan Sosial dan Peran Keluarga
A.   Manfaat Kecerdasan Sosial bagi Kehidupan
Beberapa contoh manfaat mengembangkan kecerdasan sosial bagi kehidupan, diantaranya sebagai berikut.
1.      Menyehatkan jiwa dan Raga
Pola hubungan sosial seseorang dipercaya mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Hal ini bisa kita ketahui dari banyak kenyataan bahwa orang-orang yang mempunyai jalinan hubungan yang baik dengan orang lain biasanya mampu menjalani hari-hari dengan baik, menyenangkan,



 ketika ada masalah akan ada orang lain yang diajak diskusi dan mencari jalan keluar. Semua itu akan berakibat baik bagi jiwanya, sementara kita mengetahui bahwa keadaan jiwa seseorang sangat erat dengan kesehatan badanya.
2.      Membuat Suasana Nyaman
3.      Meredakan Perkelahian
4.      Membangkitkan Semangat
B.   Ibu Sebagai sekolah Pertama bagi Anak
Kedekatan seorang ibu dengan anaknya sudah dimulai semenjak seorang ibu mengandung anaknya.  Selama dalam kandungan seorang anak mempunyai hubungan fisiologis maupun psikologis yang tak terpisahkan dengan ibunya. Di sinilah sesungguhnya seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting bagi pendidikan anaknya.
Tidak jarang orangtua yang mempunyai pehaman bahwa apabila anak-anaknya sudah disekolahkan di sekolah formal, maka tanggung jawab pendiddikan bagi orangtuanya telah selesai. Artinya orangtua seakan hanya berkwajiban mencari nafkah memenuhi kebutuhan sekolah anaknya. Pemahaman seperti itu hendaknya perlu dikaji kembali. Setiap orangtua sesungguhnya tidak bisa melepaskan tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya.
C.   Mengembangkan kecerdasan sosial Dimulai dari Keluarga
Keluarga merupakan bagian yang paling penting dari “jaringan sosial” kehidupan seorang anak manusia. Sebab, anggota keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal kehidupan mereka. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikapnya bagi pola penyesuaian dan belajar berfikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarganya. Di sinilah sesungguhnya terjadi proses pendidikan, belajar-mengajar, dan pengasuhan yang bisa membentuk karakter dan mengembangkan kecerdasan sang anak.
Agar proses pendidikan dan belajar-mengajar berjalan dengan baik, maka keluarga harus dibangun secara kondusif, sebagai berikut.
1.      Memberikan rasa aman
2.      Memberikan kasih sayang dan penerimaan
3.      Menjadi andalan dan jujukan
4.      Model dan Bimbingan Hidup Bermasyarakat
5.      Motivator Utama dalam meraih Keberhasilan
6.      Sumber Persahabatan
D.   Mengembangkan Kecerdasan Secara Menyenangkan
Di sinilah tantangan bagi setiap orangtua untuk bisa mengembangkan kecerdasan bagi anak sebagai aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak.



Orangtua dituntut untuk mempunyai strategi dan kreativitas yang menarik sehingga anak mengikuti proses dalam mengembangkan kecerdasan ini dengan hati yang senang. Bila anak mengikuti kesehariannya dengan hati yang senang, maka diyakini kecerdasannya akan berkembang dengan baik.
Agar kita dapat mengembangkan kecerdasan anak dengan cara yang menyenagkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.      Tidak monoton
Suasana yang monoton akan membawa pada kebosanan jiwa. Apabila kebosanan telah mengemuka, maka orangtua akan sulit untuk mengembangkan kecerdasan bagi anaknya. Membawa suasana agar tidak monoton, tak pelak membutuhkan kreativitas tersendiri dari orangtua.
2.      Cara berkomunikasi
Kunci sukses dalam menjalin komunikasi yang menyenangkan ini adalah bagaimana orangtua bisa mempunyai empati kepada anaknya. Meskipun pada anaknya sendiri, tidak jarang orangtua yang tidak bisa membangun empati. Apabila orangtua tidak bisa membangun empati dengan baik dengan anaknya, maka sebaik apa pun niat orangtua dalam membangun komunikasi dengan anaknya biasanya akan mengalami kegagalan. Disebabkan tanpa adanya empati, sang anak akan merasakan adanya sebuah jarak dengan oarangtua. Padahal kehangatan dan kedekatan hubungan orangrua dan anak adalah syarat mutlak yang harus ada bila orangtuaingin berhasil dalam mengembangkan kecerdasan anaknya.
3.      Memberikan penghargaan
Penghargaan yang diberikan orangtua kepada anaknya ini bisa memotivasi sang anak untuk semakin berprestasi.
4.      Jangan ada Ancaman
5.      Ada waktu berbagi
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar